Kaira menikmati minuman yang disuguhkan dalam acara pesta pernikahan seorang adik teman kuliahnya dulu. Dulu dia pernah tinggal di sebuah Kota di Sumatera Utara ini untuk kuliah. Kaira berharap acara ini bisa menjadi moment berkumpul kembali dengan teman-teman kuliahnya dulu.
Selama ini komunikasi dengan teman-teman kuliahnya ini hanya melalui 'wa'. Tidak pernah bertatap muka. Bahkan 'vc' juga tidak. Berkali-kali mencoba untuk buat pertemuan tapi gagal.
Dalam pertemuan ini sebenarnya tidak ada hal yang begitu penting untuk dibicarakan karena sudah pernah dibahas di grup 'wa'. Namun tetap saja pertanyaan yang sama diajukan lagi mungkin karena tidak ada bahan lain untuk memulai perbincangan.
"Sudah berapa anak?",. "tinggal dimana sekarang?", "Apa pekerjaanmu sekarang?", Itulah serentetan pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan teman-temannya.
Kaira berusaha menghindar tapi apa daya terungkap juga tentang dirinya yang belum menikah sementara semua teman-temannya udah pada punya anak malah ada yang sudah ke jenjang perkuliahan.
"Gak usah khawatir Kaira semua itu ada waktunya", kata salah satu temannya.
"Dan indah pada waktunya." Timpal temannya yang lain.
Dan banyak nasehat lain yang didengar dari teman-temannya.
"Terima kasih teman-teman atas nasehat dan semangat yang kalian berikan." Jawab Kaira dengan tersenyum bangga karena perhatian teman-temannya.
Kaira merasa terhibur dengan semua itu apalagi sebagian temannya ada yang berkelakar dengan riang bahkan ada yang tanpa merasa bersalah atas kata ataupun tingkah laku mereka yang kadang-kadang bisa jadi ada teman yang tersinggung. Yang penting happy.
Tiba-tiba tawa mereka itu terhenti seketika. Sesorang muncul, Abdi. Seseorang yang selama ini sempat membuat mereka kesal. Bagaimana tidak bagi mereka dialah orang yang paling jarang coment di grup wa. Bahkan dalam setahun ini belum ada coment apapun. Menghilang begitu saja.
Abdi bukanlah orang yang periang dan bukan juga orang yang penting-penting amat tapi suasana bisa lebih ceria jika ia ada. Karena waktu kumpul-kumpul dulu dia termasuk orang yang sering juga dibully. Orangnya berkulit hitam dan bibirnya sangat merah seperti perempuan. Dan bahasanya sangat medok Jawa. Makanya dia sering digoda.
Suasana kondangan ini menjadi suasana reuni. Mereka terhanyut dengan kisah-kisah mereka di masa kuliah dulu.
Ketika suasana sudah mulai sepi mungkin sudah pada capek berkelakar, tanpa disengaja dia berpapasan dengan Abdi ketika Kaira ingin menambah air minumnya. Dan mereka pun saling bertatapan. Keadaan jadi agak sedikit canggung saat itu.
"Hhh...hai!", Abdi memulai pembicaraan.
"Hai juga," jawab Kaira.
"Apa kabar?" Tanya Abdi lagi.
"Alhamdulillah aku baik. Bagaimana denganmu?" Tanya Kaira balik.
"Aku juga Alhamdulillah baik," jawab Abdi.
"Sudah berapa orang anggota keluargamu?" Tanya Abdi menyelidik.
"Belum. Aku belum menikah," jawab Kaira.
"Oh...maaf aku tidak tau kalau kau belum menikah," kata Abdi merasa bersalah.
"Tidak apa-apa," kata Kaira singkat.
Suasana kembali canggung. Tapi tiba-tiba Abdi mulai mananyakan hal yang pernah membuat dia sangat penasaran.
" Kenapa kamu meninggalkan aku dulu Kaira?" Tanya Abdi.
" Ma...maaf Abdi apa maksud pertanyaanmu?" Kaira gugup atas pertanyaan Abdi.
"Kau pasti tau maksud pertanyaan ku Kaira," balas Abdi.
"A...aku tidak tau itu," jawab Kaira masih agak gugup.
"Waktu itu aku tidak menyadari kalau kau sedang pedekate padaku," akhirnya Kaira mulai bercerita.
"Lalu kenapa kau meninggalkanku?" Kembali Abdi menanyakan hal yang sama pada Kaira.
"Kau ingat Laura?" Tanya Kaira pada Abdi.
"Ya aku ingat. Dia teman dekatmu, kan?" Abdi balik bertanya.
"Sekitar dua tahun yang lalu tanpa sengaja kami berjumpa di sebuah Mall ketika liburan. Ketika itu sepertinya keadaannya agak sedikit sulit tapi aku tidak berani menanyakannya." Kaira mulai bercerita.
" Dia mengakui sesuatu Abdi," kata Kaira.
" Mengakui apa Kaira? Apa ada hubungannya dengan hubungan kita?" Tanya Abdi penuh selidik.
"Ya. Dia mengakui bahwa dia sengaja membuat kita saling berjauhan. Ketika dia tau kau sedang melakukan pendekatan padaku dia pun mengambil kesempatan untuk mengutarakan isi hatinya. "
"Katanya dia sangat menyukaimu dan dia harus mendapatkanmu. Aku pun sebagai teman dekat mendukungnya. Tapi walaupun begitu aku tidak mau terlibat apapun di antara kalian." Jelas Kaira panjang lebar.
"Tapi masak sih karena pernyataannya itu kau langsung mundur?" Protes Abdi.
" Yahh... Waktu itu kan aku tidak tahu kalau kau suka padaku. Lagipula Laura itu teman dekatku." Balas Kaira.
"Aku juga baru tahu saat pertemuan itu kalau cintanya kau tolak dan bahkan kau memberitahunya bahwa kau menyukaiku. Tapi waktu itu kita sudah pada selesai kuliah dan pulang ke kampung masing-masing. Dan kita tak pernah berjumpa lagi," cerita Kaira mengakhiri.
" Hhh...," Abdi mendesah. Seakan-akan menyesali apa yang telah terjadi. Namun apa hendak dikata semua telah terjadi. Masing-masing mereka telah mengetahui keadaan saat ini.
"Sudahlah Abdi semua telah terjadi tak ada yang perlu disesali. Sekarang kau sudah menikah, bukan," tanya Kaira memastikan.
"Iya...sudah," Jawab Abdi singkat.
"Kau sudah punya anak, bukan?" Tanya Kaira lagi.
"Kalian bahagia, bukan?"
"Iya Alhamdulillah kami bahagia," jawab Abdi.
"Aku turut bahagia mendengarnya Abdi, sungguh," Kaira memastikan Abdi.
" Percayalah Abdi aku rela kau bukan jodohku," tambah Kaira.
Kaira sangat berharap mereka sama-sama merasa lega atas semua penjelasannya dari perbincangan ini, agar tak ada lagi keraguan di hati. Dan menjalani hidup dengan apa yang sudah terjadi saat ini serta bahagia juga berkah ke depannya.
Mereka pun saling tersenyum lega. Akhirnya mereka dan teman-teman yang lain saling berpamitan tentunya setelah saling mendoakan kebahagiaan dan keberkahan buat semuanya terutama buat Kaira.
Mohon koreksinya ya teman2...kritik juga boleh tentunya kritik yang membangun la ya...😉
ReplyDelete